Kamis, 10 Februari 2011

Ujian Sukses dengan Do'a dan Ikhtiar

Doa adalah ruhnya ibadah / intinya ibadah
Dengan doa diharapkan kita tidak akan jadi sombong bila menuai hasil dan sebaliknya kita tidak putus asa bila bila belum berhasil. Doa juga merupakan motivaasi bagi kita yang ingin meraih keberhasilan. bahkan ada yang mengatakan selama kita berdoa disamping kita harus suci lahiriah juga batin iyah kita yang harus suci. Karena Allah cinta kepada orang yang bersih lahir dan batinnya maka tidak salah kalau kita ingin didengar dan dikabulkan doa kita harus bersih suci lahir batin kita. Tempat kita berdoa juga harus bersih suci maka orang yang beribadah haji ke tanah suci doanya didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt. karena mereka berdoa di tempat yang suci.
Di samping itu dalam rangka berdoa ada baiknya kita berpuasa , ini juga merupakan cara untuk mensucikan hati, fikiran, mata, hidung, mulut, telinga dan anggota tubuh lainnya agar puasa kita tidak hanya mendapat lapar dan haus saja, namun kesucian hati kita. maka doa orang yang berpuasa didengar oleh Allah dan dikabulkanNya
Doa orang yang telah menunaikan ibadah haji juga mustajab mengapa karena orang yang menunaikan ibadah haji ibarat belajar mati ( Ust Ali ) Harta benda yang banyak, pangkat yang tinggi, orang biasa semuanya memakai kain putih untuk memenuhi undang Allah di tanah suci, mereka bertaqorrub kepada Allah, memohon ampunanNya, hilangkan kesom bongan yang di agungkan hanyalah Allah. Itulah sebabnya doa mereka sangat dicari dimohon oleh umat
Doa memang luar biasa namun kita juga harus ingat bahwa sebagai manu sia biasa kita juga tahu bahwa ada hal hal yang perlu ikhtiar kita. Seorang yang ingin sukses dalam belajar lulus sarjana, sukses dalam bisnis, sukses dalam bertani, tidak cukup hanya dengan doa namun belajar , ikhtiar dalam bisnis dan bertani harus jalan terus .
Berdoa dalam berikhtiar, dan berikhtiar disertai dengan doa

Menghargai Waktu

Allah SWT menjadikan matahari bersinar, bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan, tiada lain agar kita mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah SWT menciptakan yang sedemikian itu bukan tanpa tujuan.
Terdapat banyak hikmah di balik tanda-tanda kekuasan-Nya itu. Di antaranya agar kita menghargai waktu. Caranya adalah dengan memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin.
”Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan.” (QS Al-Baqarah: 148). Kata ‘berlomba-lombalah’ pada ayat di atas mengandung arti agar kita menggunakan waktu seoptimal mungkin. Semakin optimal menggunakan waktu, semakin banyak pula kebaikan yang kita perbuat.
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali-Imran: 133). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, bersegera menuju ampunan Tuhan berarti bersegera melakukan perbuatan yang dapat menutup dosa, yaitu mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Rasulullah SAW mengajarkan agar setiap Muslim menghargai waktu, utamanya waktu ‘sekarang’, karena waktu yang selalu tersedia bagi kesempatan itu ialah ‘sekarang’. ‘Sekarang’ adalah kesempatan yang terbaik.
”Apabila engkau berada pada petang hari, janganlah mengulur-ulur urusanmu sampai besok, dan apabila engkau berada di pagi hari, jangan menunda urusanmu sampai petang. Ambillah kesempatan waktu sehatmu sebelum datang sakit, dan kesempatan hidupmu sebelum matimu.” (HR Bukhari).
Dari sabda Rasulullah SAW di atas, kita dapat memahami bahwa mengulur-ulur waktu, menunda pekerjaan, dan menyia-nyiakan kesempatan sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam. Kebiasaan mengulur waktu dan menunda kerja yang dilarang Rasulullah SAW itu jika diteruskan akan membuat umat Islam tertinggal dan lemah.
Muhammad Iqbal, seorang pujangga Muslim dari Pakistan, juga sering mengungkapkan dalam puisi-puisinya agar umat Islam bangkit dan menjauhi sikap bermalas-malasan dan tidak menghargai waktu. Karena barang siapa yang berleha-leha dan bermalas-malasan, maka dia akan ‘tergilas’.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW mengumpamakan waktu seperti sebilah pedang. Pedang merupakan sesuatu yang berguna sekaligus berbahaya. Apabila kita tidak bisa menggunakannya, maka dia yang akan memotong kita. Sejenak saja kita terlena dengan membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa sesuatu yang berarti di dalamnya, berarti kita tidak menghargai umur yang dikaruniakan oleh Allah SWT.